Senin, 29 September 2008


Sungguh bahagia "Ia"
Begitu ia nikmati hidupnya
[1]
Merasa cukup apa dipunya [2]
Syukur [3] meluncur ditiap patah kata...

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِ الْعَالَمِينَ

"Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam" (Al Fatihah: 2) [4]

Syukur ini begitu asyik...

Perjuangan tiada habis...
Gundah-gulanapun gugur...
[5]

Kedamaian [6] ini alangkah asyik... [7]

Menikmati nun jauh disana hamparan danau
Koloni teratai nan indah
Burung-burung pagi menyapa
Sejuk udara menemaninya pula
Sajak-sajak gunung begitu jelas
Merangkai lukisan indah...
[8]

"Terpahat senyum ditiap tebing!..."
"Mendaki syukur ke puncak bukit!..."

Ah...
Begitu lepas...

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

“Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya bertasbih kepada Allah siapapun yang ada di petala langit dan bumi, dan burung dengan mengembangkan sayapnya. Sungguh setiap sesuatu mengetahui cara shalatnya dan cara tasbihnya masing-masing. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang mereka kerjakan(Q. S. An-Nuur: 41)

Kebahagiaan ini dalaaaaam sekali... [9]
Kala nafas kapanpun adalah cukup [10]

Tak perlu lagi berkejaran [11]
Kitapun akan segera berpulang [12]
Tetap sampai yang tak terjamah sekalipun

“Betapa berlebih karunia-Nya” [13]
Bak untaian intan-permata...

Ia begitu bahagiaaaa... [14]

Bertahta berjuta intan permata [15]
Kesucian jiwa istananya [16]
Menyimak khusyu' alquran [17] dan penjelasanya [18]

Berbuat cukup sebagai kata-kata [19]
Hati makmur berpendar cahaya [20]
Ketegasanya [21] ditakuti musuh-musuhnya [22]
Menerangi langkah [23] bersinar cemerlang [24]
Berjubah sulaman-sulaman istighfar

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا

"Memohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun" (Nuh: 10)

Nuraninya cermin… [25]
Fitrah pencari kebenaran terus meneranginya
[26]

Petualangan [27] ini sungguuuuuh asyik... [28]
Ada sungai dihati melewati danau dan ngarai

Begitu terasa…
Kita disana
Bermuara ke hilir laut
Menyirami birunya dengan bening dan tawarnya jiwa kita
Menjadi lazuardi
Meresapi indah biru laut, untaian pulau-pulau kereta
Indahnya matahari senja
[29]

Jatuhlah daun-daun pohon keakuan... [30]
Kala musim gugur menyapa
Tiada lagi kesendirian
[31], canda teman terus menggoda [32]
Daun-daun terpisah dari tangkainya

Tiada sepi lagi... [33]
Burung pipit sibuk bernyanyi
Anak-anak bersuka-ria dihalaman

Kepada diri, pohon aku kembali berujar panjang…

"Pohon hati, apa yang masih bisa kau beri?” [34]
“Cukupkah buah-buahmu menyegarkan kehidupan?” [35]
“Masihkah daun-daunmu menaungi pegunungan?” [36]
“Mampukah bunga-bungamu menarik kupu-kupu datang?” [37]
“Cukupkah madumu memberi nyala kehidupan?” [38]
“Apa pula dari pohonmu belum kau berikan?" [39]
“Apa lagi bisa kau baktikan!!!” [40]

Pohon aku tak pernah peduli apa akan dibalaskan [41]
Tak mengenal apa itu asap, kotoran, kerak sampai sampah dan racun akan rela ia terima [42]

Ubah semua jadi hijaunya dedaunan, segarnya buah-buah, tawarnya air tanah yang tersimpan [43]

Begitu sejuk menyegarkan...
Berkumpul di hilir berjumpa lautan...

Dan kupu-kupu menyahut…
Oh hidup...
[44]
Cintaku padamu sederhana
[45]
Setahu yang kubisa [46]
Kupu-kupu menyercap sepuasnya [47]
Senikmat mungkin ia
Tahu mengapa harus diam [48] khusyu’... [49]

Mendengarkan sepenggal kisah waktu
"Ummat-ummat yang Allah muliakan, ummat-ummat yang Allah musnahkan..."
[50]

Oh hidup…
Hidup sekali saja,

Menikmati pahit-getirnya hidup [51], madu racunya hidup [52]
Menikmati kerikil tajam sandungan hidup [53]
Menikmati kesulitan tantangan hidup [54]
Menikmati resiko derita hidup [55]
Menikmati mengapa harus bersaing [56], bersanding dalam hidup [57]

Menikmati kerasnya membanting tulang [58]
Menikmati puasnya berkesungguhan [59]
Menikmati khusyuknya pengorbanan, pengabdian, persembahan [60]
Menikmati betapa agungnya kesahayaan [61]
Menikmati kerinduan, kepasrahan [62]
Serta menikmati untaian cinta dan kasih-sayang [63]

"Menikmati betapa manisnya apel segar yang dipetik dari percabangan ranting kehidupan"
Pohon-pohon nan menjulang

Menyicipi sepenuh keridhaan…
[64]

Kupu-kupu kembali berujar...
Oh betapa manisnya aduhai indahnya, puas...
Cukup puas bermimpi, bercanda, bersenandung

Membaca alquran menggegerkan gunung
[65]
Hidupkan sunnah-
sunnah nan agung...

Tentang kisah para nabi...
Tentang para sahabat dan orang-orang pilihan
[66]
Bercerita tentang negeri impian...
Tentang sebuah bibir…

Hanya senyum ceria layak menghuninya
Senyum simpul saja
Tenggelam dalam mutiara hatinya...
"Apa yang diciptakan-Nya takkan hilang keindahanya"
[67]

"Oh, denyut yang mampu memekarkan kuncup habis berbunga..."

Tiada sedih tiada perlu tawa berlebih [68]
Apa yang perlu disedihkan, apa pula akan ditertawakan? [69]

Yang ditertawakan takkan lama
Yang disedihkan segera binasa

Hidup ini mengapa!
[70], sedang jiwa kita ditangan-Nya... [71]

Hadapi saja penuh ketegaran jiwa
Semua begitu berharga
Kita adalah hadiah bagi sesama
Disana... "syurga-syurga kecil menanti kita"

Pohon itu kembali berkata
Lalu nikmatilah...
Karena ini seni romantika
Perhalus penuh belaian rasa
Apakah puitis, naratif atau perfeksionis, terserah...

Mari i'tikaf; "Hiasi penuh ayat-ayat terpilih!"...
[72]

Buat diri kita bahagia, maka tersenyumlah!...
(“He he... ini dewasa") ^ - ^

Menyadari akan dunia

"Dimana derita kesenangan sesungguhnya?" [73]
Tampak sepanjang jalanya... bayang-bayang fatamorgana [74]

"Ujian itu nikmat, nikmat itu ujian pula!" [75]

“Aku harus berubah!”, [76] teriak kupu-kupu itu keras

Aku harus kupu-kupu terbang lepas
Menari indah kemanapun pergi
Mengikuti angin menari-nari
Menyercap sari menemani bunga-bunga

"Terus dalam teguh agama!…"
[77]

Wewangian ini haruuuuum sekali...
Meresapi harumnya tiap desah nafas
Meresapi harumnya semerbak kembang...

Bernafas pelan
Ah ……………..
Betapa harum…

Mengabdi tiada menuntut apa-apa [78]
Mengharap wajah-Nya

Terus tunduk menghamba
Bersama curahan-curahan langit
Tawaddhu'
[79] bersahaja
Bersimpuh pasrah…
Bersemayam diperistirahatan lelah

Meresapi tiap ayun lidah
Meresapi tiap desah nafas
Meresapi tiap cetusan akal
Meresapi tiap detak jantung
Meresapi tiap ubah urat
Meresapi tiap mengalirnya darah
Meresapi tiap bara kehidupan

"Serta pada semua kejadian dan ciptaan-Mu" [80]

“Betapa hikmah [81] dibalik semua itu!”
"Betapa sempurna-Nya Engkau!"
"Maha suci Engkau!" [82]
"Yaa Allah..." [83]

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka" (Al Imran: 190-191) [84]

Lalu diam tiada bergeming
Terpekur menyendiri
[85]
Berundur dari detak nadi
Menjaga aku, jarak akan aku [86]

Karena dia yang tlah pergi
Semua akan berlalu…

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Apa yang disisimu akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS An-Nahl: 96)

"Tiada tugas belum selesai, tiada harap belum tercapai…
Semua sirna menuju kepastian
[87]
Walau bukanlah titik akhir, ia takkan menyelesaikan sebuah episode kehidupan

Hidup terus mengalir
Menuju kepastian
[88]
"Dan Kepada-Nya-lah [89] kita semua kembali..." [90]

Mari nikmati tiap perjumpaan...

Waktu-waktu shalat [91] yang Allah karuniakan [92]
Tiap saatnya kesempatan kita terus beramal [93]

Semua terdiam...

“Bunga berguguran...
Kala kita tak ingin kehilangan atasnya
Dan tunas-tunas barupun bermunculan
[94]
Kala kita merindukanya
Musim berbungapun tiba...
[95]
Dan juga rerumputan tumbuh dengan sendirinya..."
[96]

Dan akupun bermimpi
Mulai bermimpi, mimpi yang baru lagi..
.
[97]


Abu Bustham Muhammad Ulinnuha

(Hari-hari begitu bahagia, bersyukur masih Allah beri kesempatan...)
"Yaa Allah jika Memang baik bagi kami semua, beri kesempatan hamba menyelesaikan tulisan ini.
Namun sekiranya tidak, Engkau maha tahu yang terbaik bagi diri-diri kami..."

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

اللَّهُ الصَّمَدُ

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (2) Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, (3) dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4)“ (Al-Ikhlas: 1-4)

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

[2] Dari Abul 'Abbas Sahl bin Sa'd As-Sa'idiy radhiyallahu 'anhu berkata,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ: اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ

"Datang seseorang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu dia berkata, 'Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku akan suatu amalan yang apabila aku mengerjakannya niscaya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia?' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Zuhudlah terhadap dunia niscaya Allah mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa-apa yang dimiliki oleh manusia niscaya manusia mencintaimu'" (Shahih, HR. Ibnu Majah dan selainnya, lihat Shahiihul Jaami' no.935 dan Ash-Shahiihah no.942)

Berkata Ibnul Qayyim, "Zuhud mengandung arti berpaling darinya dengan meremehkan dan merendahkan keadaannya karena sudah merasa cukup dengan sesuatu yang lebih baik darinya"

Beliau juga berkata, "Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, 'Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun wara' adalah meninggalkan apa-apa yang ditakuti akan bahayanya di akhirat'.
"Kemudian beliau mengomentarinya, "Ini adalah definisi yang paling baik terhadap makna zuhud dan wara' dan yang paling mencakupnya"

"Berkata Al-Hasan dan lainnya, "Tidaklah zuhud terhadap dunia itu dengan mengharamkan yang halal dan tidak pula dengan menyia-nyiakan dan membuang harta, akan tetapi hendaklah engkau lebih tsiqah (mempercayai) terhadap apa-apa yang ada disisi Allah daripada apa-apa yang ada disisimu, dan hendaklah engkau -apabila ditimpa musibah- lebih mencintai pahala dari musibah tersebut daripada engkau tidak tertimpa musibah.
Ketika ada seseorang bertanya kepada Al-Imam Ahmad, "Apakah orang kaya bisa menjadi orang yang zuhud?" Beliau menjawab, "Ya, dengan syarat ketika banyak hartanya tidak menjadikannya bangga dan ketika luput darinya dunia dia tidak bersedih hati."

Jadi zuhud itu adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun hal-hal yang bermanfaat seperti menikah, mencari nafkah dan lainnya maka ini semua tidaklah mengurangi zuhudnya selama hatinya tetap terikat dengan akhirat

Mari kita memahami, rasa puas akan membuat kecanduan (diri kita terikat) dan kehidupan jadi berhenti, sedang cukup adalah sumber bahagia yang sesungguhnya, dengan puas (bersyukur dan bertawakkal setelah kita berikhtiyar sebaik-baiknya) seberapapun yang Allah berikan kepada kita” (takaran yang terbaik menurut Allah)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, "Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti jari salah seorang dari kalian yang dicelupkan ke laut, maka lihatlah apa yang dibawa jari tersebut!" (Lihat Shahiihul Jaami' no.5423)

Mari kita memahami (sebuah langkah):

1. Kuatnya ke-imanan kita, serta menghadirkan diri seolah-olah menyaksikan apa-apa yang disisi Allah, dan menyaksikan dasyatnya hari pembalasan maka akan melemahkan kecintaan kita serta rasa nikmat terhadap dunia di hati kita, sehingga kita bisa berpaling dengan mencukupkan yang sedikit darinya
2. Mari kita memahamai bahwa dunia ini akan menyibukkan hati kita dari terikat kepada Allah dan menjadikan kita terlambat mencapai tingginya derajat diakhirat
Dan kita kelak akan ditanya tentang kenikmatan yang telah Allah amanahkan

"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)" [At-Takaatsur:8]
3.
Dunia tidak akan kita dapat kecuali dengan bersusah-payah untuk mendapatkannya, mengerahkan segenap kemampuan, tenaga dan pikiran, dan itupun masih juga mengalami kerendahan (kegagalan) dan harus terus bersaing dengan yang lain

"Andai saja kita juga mengerahkan tenaga dan pikiran tersebut untuk mencari ilmu agama, berdakwah, berjihad dan beribadah kepada Allah"

Maka perasaan inilah yang akan membuat hati kita cemerlang; menjadikan kebosanan jika sekedar urusan dunia, kita hadir disana untuk membangunya (memuliakanya) dan mengalihkan pada sesuatu yang lebih baik (kekal) disisi Allah

[31] يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Al Hujurat 13)

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانً

“Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS Ali Imran 103)
[32] Diantara cara agar orang mau berhubungan dengan kita…

Attachment: Sang Bahagia ~Berseminya Jiwa-Jiwa Muda.pdf
Attachment:
Sang Bahagia ~Berseminya Jiwa-Jiwa Muda.doc


Wassalaamu'alaikum