Selasa, 07 Oktober 2008

Istri Dimata Suami

Ada sebuah anekdot lama yang sering tercetus saat perbincangan tentang peran seorang istri bagi suami tercinta. Bunyi anekdot itu : seorang istri harus bisa menjadi seorang 'permaisuri', 'pembantu rumahtangga', sekaligus 'kekasih' untuk suaminya. Ujaran yang diambil dari kultur masyarakat tradisional itu agaknya mengandung perumpamaan yang agak 'nakal'. Namun bila dicermati, bisa jadi ia mengandung petunjuk praktis tentang apa dan bagaimana seorang istri harus berperan dihadapan suaminya.

Istri Sebagai Permaisuri

'Permaisuri' adalah peran vital pertama yang mesti dimainkan oleh seorang istri. Dalam perannya sebagai 'permaisuri', seorang istri pertama-tama harus tampak sebagaimana 'permaisuri' dalam dongeng Sultan-sultan atau Raja zaman dahulu kala, dimana ia senantiasa mendukung dan menjadi tempat bertanya, berhibur, ketika suami dihadapkan pada masalah pelik.

Istri adalah orang pertama yang diharapkan dapat memberikan masukan, maka ia senantiasa bisa dikatakan sebagai gudang ilmu. Ia laksana 'tongkat si buta', penunjuk jalan, penyelamat dari terjerumusnya sang suami kepada perbuatan ingkar. Dalam perannya sebagai permaisuri, seorang istri dituntut pula untuk senantiasa memperhatikan penampilannya disaat ia mendampingi suami dalam berbagai waktu dan kesempatan. Layaknya seorang permaisuri, ia harus tampil cantik mempesona tidak hanya dihadapan suami. Akan tetapi, ia harus pula tampak anggun berwibawa dihadapan anak, sanak-saudara dan kolega suaminya. Dengan demikian, istri menggenggam fungsi vital dalam menjaga nama baik keluarga, serta kehormatan suami tercinta.

Istri Sebagai Pembantu Rumah Tangga

'Pembantu rumahtangga' adalah peran kedua yang mesti diperankan tak kurang sempurnanya oleh seorang istri. Dalam peran tersebut, istri diantaranya mengemban kewajiban untuk selalu bertindak rajin, ulet, serta telaten memperhatikan kebersihan dan kerapihan tempat tinggal. Keperluan suami dan anak-anak menyangkut kebutuhan sandang dan pangan adalah hal primer yang menuntut perhatian fokus dari seorang istri. Namun begitu, seorang istri memiliki beberapa wewenang dan inisiatif yang membedakannya dengan pembantu rumahtangga sungguhan. Berbeda dengan pembantu rumahtangga yang mesti manut pada perintah majikannya, seorang istri justru berhak menggerakkan seluruh anggota keluarganya untuk turut serta membantu tugas-tugasnya sebagai 'pembantu rumahtangga' dengan pembagian tugas yang proporsional. Jika seorang istri secara optimal memainkan peranan ini, suami dan anggota keluarga lainnya tentu akan merasa nyaman, tentram, betah tinggal di rumah sendiri.

Istri Sebagai Kekasih

'Kekasih' adalah peran vital terakhir yang juga harus diperankan dengan penghayatan total oleh seorang istri. Dalam peranan tersebut, tugas utama seorang istri adalah memenuhi kebutuhan psikis dan fisiologis suami dengan sekuat kemampuannya. Kemampuan memberikan perhatian dan pengetahuan tentang faktor psikologis yang mendorong tercetusnya kebutuhan fisiologis dari seorang suami adalah inti keberhasilan seorang istri dalam peranannya sebagai 'kekasih'.

Bagi kebanyakan istri, peran tersebut memang dirasakan berat didalam realisasinya. Hal tersebut adalah wajar, dikarenakan seorang wanita didalam kodratnya memang dihiasi oleh perasaan malu yang lebih daripada seorang pria. Lebih-lebih jika wanita tersebut menganut pandangan orang-orang timur. Pada kebudayan timur, seks masih dianggap sebuah hal yang tabu untuk 'disentuh'. Sedangkan pada masyarakat barat, seks malah tidak dianggap sebagai sebuah perbuatan sakral.

Pada masyarakat barat, seks dianggap semata-mata kebutuhan yang harus dipenuhi, bahkan tanpa melalui sarana yang sah semacam pernikahan. Karena pengaruh pandangan-pandangan tersebut dan kodratnya sebagai seorang perempuan, seorang istri sering menganggap seks adalah perbuatan kotor, sehingga ia merasa malu dan risih untuk menunjukkan secara konkret bahwa ia menikmati kebersamaannya dengan suami tercinta. Padahal sebenarnya jika seorang istri mampu memelihara potensi dalam peran tersebut, menurut Islam, malah mengandung nilai ibadah.

Dari pembahasan anekdot mengenai peran istri dihadapan suaminya itu, rahasia keberhasilan peran seorang istri adalah kepercayaan diri yang dilandasi oleh nilai keislaman, keimanan, dan keihsanan. Dengan menyadari peran, serta keinginan kuat untuk berproses menuju kesempurnaan fungsi dan tugasnya, seorang istri akan mendapatkan keridhaan dari suami. Seorang Istri sepatutnya memahami pula bahwa apa yang dilakukan untuk melayani suami tercinta dan keluarganya berada dalam koridor ibadah. Akhirnya, Allah jualah yang akan memberikan pahala berlipat bagi seorang istri yang seoptimal mungkin berupaya membuat suaminya rela. Dari Ummu Salamah r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW pernah berkata, "Barangsiapa diantara wanita yang meninggal dunia dan ketika itu suaminya suka kepadanya, maka wanita itu akan masuk surga." (H.R. Ibnu Majah dan Turmidzi)

Tidak ada komentar:

Wassalaamu'alaikum