Sebut saja Nia (bukan nama aslinya) siswa kelas dua SLTP di sebuah kota besar, setiap pulang sekolah dia tidak langsung pulang ke rumah, dia ganti bajunya dan nongkrong di sebuah Mall bersama ketiga kawannya, berjam-jam dia habiskan waktu sambil minum segelas jus di sebuah cafe sampai tiba-tiba hand phone berdering "gimana?" Ucap Nia sedikit merayu, "boleh tapi harganya biasa ya?" Jawab laki-laki yang akan mengencaninya. "Oya..tempatnya dihotel sebelah mall aja, biar mudah." ungkapnya pula. Lalu Nia pun pergi mendahului temen-temennya sambil mengatakan, "aku duluan dapet order".
Nia pun langsung bergegas keluar mall menuju hotel yang dimaksud… dan disebuah pintu hotel Nia disapa laki-laki berusia 35 tahun-an dan langsung mengandengnya ke sebuah kamar hotel, di kamar itulah Nia menikmati dunia hitamnya. Pukul 21.30 Nia bergegas pulang kerumah dengan mengantongi uang 300 ribu rupiah.
Sesampainya di rumah dia bilang pada mamanya bahwa dirinya habis ada kerja kelompok bersama teman-teman sekolahnya, aktifitas seperti ini dia lakukan minimal tiga kali dalam satu minggu.
Lain halnya dengan Sinta (teman sekelasnya yang juga memiliki hobby yang sama). Sinta dibesarkan dari keluarga yang kaya raya namun broken home, bahkan bapaknya sendiri juga suka “jajan” bahkan yang dicarinya adalah remaja seusia Sinta, namun sang bapak tidak tahu bahwa Sinta anak perempuan kesayangannya, juga memiliki hoby yang sama dengan bapaknya, tidak seperti Nia, Sinta tidak suka diberi uang setelah melakukan hubungan seks dengan Pria hidung belang yang menikmatinya, bahkan tak jarang Sinta marah, “kamu pikir saya PSK, saya kan hanya ingin menikmati dunia seks aj," kata Sinta dengan nada tinggi. Karena anggapannya, jika diberi uang tak ada bedanya dia dengan PSK. Jikalau mau Sinta hanya ingin dibelikan baju, sepatu atau tas atau hanya makan dan minum saja di sebuah restoran.
Mereka mengaku kegiatan seperti ini biasanya mereka lakukan antara 3 sampai 4 kali dalam seminggu, bahkan jika dalam sehari dapat panggilan banyak, tak segan Nia maupun Sinta menawarkan kepada temen-temennya yang juga memiliki kebiasaan yang sama.
Saat ditanya mengapa bisa memiliki kebiasaan seperti ini? Dan tahu tidak jika hubungan seks berganti-ganti pasangan itu berbahaya? Nia, Sinta juga kedua temannya menjawab dengan senyum-senyum tanpa penyesalan sedikitpun. ”Awalnya sih kami (Nia sambil merangkul ketiga temannya) adalah kumpulan orang–orang yang dikecewakan oleh sang pacar," ungkap Nia menunduk sedih. Nia diperawani kekasihnya saat naik kelas dua di kost-kostan pacarnya yang banyak mengoleksi VCD porno, sebulan kemudian Nia ditinggal pacarnya.
Begitupula Sinta dan kedua temennya yang mengalami hal yang sama, walaupun kasusnya sedikit berbeda dengan Nia. Sinta malah melakukan hubungan seksual dengan sang pacar dirumahnya saat orang tuanya pergi keluar kota. Mereka mengaku setelah ternodai tersebut, mereka merasa ketagihan, bahkan setelah ketagihan menonton VCD porno hasratnya tak dapat dibendung, maka Nia, Sinta juga kedua temannya lebih menyukai mencari laki-laki yang lebih dewasa (om-om) karena dianggap pengalamannya tentang seks lebih banyak.
Bagaimana dengan sekolahnya? Nia menjawab dengan ringan : biasanya kalau mau ulangan umum biar nilainya bagus, aku kasih aja guru pelajaran tersebut uang 50 ribu, agar nilaiku tetap bagus, atau kalau mau aku layani aja, gratis tanpa bayar, asal aku dikasih nilai bagus. Apakah orang tua mereka tahu apa yang mereka lakukan? Keempat remaja tersebut menggeleng. Saat mereka ditanya, bagaimana jika mereka hamil? "Minum aja pil penggugur kandungan atau aborsi aja,” Nia juga Sinta menjawab santai. (Sumber : salah satu tayangan televisi pukul 02.00)
Kisah diatas rill dan nyata adanya, keempat remaja yang disamarkan ini dengan senyum-senyum tanpa merasa malu dan bersalah mengungkapkan kisah tanpa tedeng aling-aling. Mereka tidak tahu apa resiko dan bahaya yang mengancam dirinya, yang mereka cari hanya rasa happy dan terlampiaskannya birahi dininya.
Fenomena seperti ini boleh jadi tidak hanya terjadi disatu sekolah saja, bahkan sekolah–sekolah lain, khususnya sekolah di kota besar, dimana sarana informasi dunia global sangat mudah didapatkan, tidak menutup kemungkinan hal-hal yang demikian itu ada. Itu sebabnya, seorang kepala SMU favorit di Jakarta sangat terperanjat ketika mengetahui ada siswi yang terlibat dalam 'transaksi seks' hanya karena dorongan seks semata bukan uang atau kebutuhan materi lainnya. Na’udzubillahi min Dzalik. Saudariku, apa rill action kita untuk hal ini? Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar